Sabtu, 05 September 2020

Tampak Indah Sebelum dimiliki

 *SETELAH DIMILIKI, TAK LAGI INDAH ..*

```

EFEK KURANG BERSYUKUR 



Yang tinggal di gunung merindukan pantai ..

Yang tinggal di pantai merindukan gunung ...


Di musim kemarau merindukan musim hujan ..

Di musim hujan merindukan musim kemarau ...


Yang berambut hitam mengagumi yang pirang ..

Yang berambut pirang mengagumi yang hitam ...


Diam di rumah merindukan bepergian ..

Setelah bepergian merindukan rumah ..


Waktu tenang mencari keramaian ..

Waktu ramai mencari ketenangan ...


Saat masih bujangan, pengin punya suami ganteng/istri cantik ..

Begitu sudah dapat suami ganteng/istri cantik, pengin yang biasa2 saja, bikin cemburu aja/ takut selingkuh ...


Punya anak satu mendambakan banyak anak ..

Punya banyak anak mendambakan satu anak saja ...


Ketika masih jadi karyawan ingin jadi Entrepreneur

supaya punya time freedom…

Begitu jadi Entrepreneur ingin jadi karyawan, biar gak pusing…


Kita tidak pernah bahagia sebab segala sesuatu tampak indah

hanya sebelum dimiliki ..

Namun setelah dimiliki tak indah lagi ..


Kapankah kebahagiaan akan didapatkan kalau kita hanya selalu memikirkan apa yang belum ada, namun mengabaikan apa yang sudah dimiliki ?


“Jadilah pribadi yang selalu bersyukur. ..

Bersyukurlah senantiasa dengan berkah Yαng sudah kita miliki”.


“Bagaimana mungkin selembar daun yang kecil dapat menutupi bumi yang luas ini? Jangankan bumi, menutupi telapak tangan saja sulit ...


Namun bila daun kecil ini menempel di mata kita, maka tertutuplah bumi!”


Begitu juga bila hati ditutupi pikiran buruk sekecil apapun maka kita akan melihat keburukan di mana-mana ...

Bumi ini pun akan tampak buruk ...


Jangan menutup mata kita, walaupun hanya dengan daun yang kecil ..


Jangan menutupi hati kita, walaupun hanya dengan sebuah pikiran buruk/negatif!.. Bila hati kita tertutup, tertutuplah semua ..


Syukuri apa yg ada, karena hidup adalah anugerah bagi jiwa jiwa yg ikhlas...



-Anonim dari Grup WA-

Sabtu, 27 Juni 2020

Atap masjid itu, "me time" ku dulu.








Tangga menuju atap masjid mulai dibangun, dan mulai saat itulah aku memiliki tempat favorit untuk merayakan waktu senggangku seorang diri disana.

Kalian tahu ? Waktu yang paling tepat untuk berada di atap masjid itu, hanya ada 2. Berangkat paling awal untuk sholat berjamaah atau berdiam paling akhir di masjid. Keduanya ada konsekuensinya.
Jika berangkat di awal waktu sholat dan nekat pergi ke atap masjid, kalian pasti akan terkena sorotan seribu mata santri yang berjamaah ketika turun dari atap tangga. Atau bisa jadi kalian akan dipanggil pengurus untuk diberi hukuman dengan berbagai alasan. Waktu yang pertama ini, jarang saya lakukan kecuali ketika saya menjadi pengurus itu sendiri. Dan itu pun ketika saya berada di atap harus terburu-buru menikmati waktu "me time" saya. Agar ketika turun melewati anak tangga hanya puluhan mata saja yang melihat saya, ya katakanlah saja menjaga image karena ketika kita berada di atas pasti akan banyak hati yang berprasangka yang tidak-tidak.

Waktu yang kedua ini, selalu waktu yang saya idam-idamkan. Waktu berdiam paling akhir di masjid. Menunggu hanya beberapa orang saja yang berada di masjid atau menunggu hingga habis. Tergantung siapa yang berada di akhir ketika di masjid. Jika yang berada di akhir di masjid adalah para pengurus, lebih baik saya menunggu waktu sedikit lebih lama atau saya membatalkan keinginan saya untuk berada di atap masjid.
Biasanya waktu terbaik saya berada di atas masjid adalah saat tidak ada kegiatan muhadatsah di pagi hari. Jdi selepas sholat subuh saat kegiatan itu libur untuk hari tertentu. Saya selalu menggunakannya untuk pergi ke atap masjid. Sebenarnya tidak ada larangan untuk ke atap masjid. Tpi mungkin karena dianggap berbahaya maka larangan itu secara tidak tertulis telah ada.
Belum lagi nanti menjadi bahan suudhzon para pengurus (bisa dikatakan mau melihat santri putra lewat atap masjid lah, cari-cari perhatian dengan santri putra yang berada di masjid bawahlah atau apalah) yang namanya suudhzon pasti akan diada-adakan.
Beruntunglah saya tidak termasuk santri yang sering terkena hukuman. Jangankan mengintip santri putra, ada santri putra di depan saya pun saya tetap tidak peduli. Bukannya malu atau sungkan tpi saya lebih cenderung ke sifat bodo amat. Jadi saya selalu aman ketika berada di atap masjid. Yang penting tidak ada yang lapor atau ketahuan ya 😂😂


Tidak banyak yang saya lakukan di atap masjid, terkadang hanya keliling atau berlari kecil di atap masjid yang banyak paku kecil-kecil karena memang atapnya belum selesai diperbaiki. Saya lebih sering berdiam diri dan memandangi pemadangan di sekeliling masjid waktu itu. Jika melihat ke arah barat akan saya jumpai pohon siwalan yang lebat dan hamparan sawah masyarakat sekitar. Suka sekali melihatnya, begitu rindang dan hijau yang membuat hati merasa damai dengan sendirinya.

Jika melihat ke arah utara maka akan saya jumpai hamparan pohon bambu yang berada tepat disamping masjid dan atap-atap gedung SMP ku.


Jika melihat ke arah timur maka akan saya jumpai dataran tinggi atau perbukitan desa Sendangduwur. Dan itulah yang selalu membuat saya rindu, masjid bersejarah yang ada di lamongan, masjid Sendangduwur yang selalu melantunkan suara tarhim menjelang adzan subuh 😭😭😭 dan itu yang selalu membuat saya teriris ketika mengingatnya. Entah mengapa waktu subuh adalah waktu paling syahdu dalam hidup saya. Seakan segala kesedihan dan harapan tumpah ruah disana. Nanti akan saya ceritakan sepenggal kesedihan dan harapan saya di pesantren ini.


Sedangkan ketika memandang ke sebelah selatan, gedung pesantren santri putra terlihat terang disana. Mungkin bagi para santri-santri yang ganjen mereka suka memandanginya, bagi saya tidak. Saya paling takut ketahuan jika mengarah di sebelah selatan ini, yang saya pikirkan kala itu saya takut dilaporkan santri putra ke para ustad klo ada santri putri yang berada di atap masjid sendirian. Waah bisa bahaya ini klo smpe saya ketahuan dan dilaporkan ke ustadzah atau ke pengurus santri putri.


Hal yang saya lakukan ke dua hanya ketika saya sulit berkonsentrasi, sebagai santri akan selalu identik dengan hafalan. Ketika otak saya sudah bebal dengan suara teman-teman saya yang menghafal dengan kerasnya atau saat teman-teman yang lain sedang bercanda atau bercakap dengan suara yang keras maka saya akan sulit berkonsentrasi. Maklumlah telinga saya lebih peka, mungkin gaya belajar saya lebih ke auditori, yang Peka terhadap suara. Saya lebih memilih menghafalkan di atap masjid. Itu lebih mudah bagi saya. Hal yang sulit saya lakukan adalah menghafal tanpa memahami. Sedangkan tuntutan hafalan di pondok terkadang tidak meminta kita untuk faham terlebih dahulu, terkadang ada beberapa materi yang menggunakan metode hafalan dulu. Dan itu membuat saya kesulitan, maklumlah otak saya tidak secemerlang yang lain. Tapi saya selalu tekun dalam belajar, itulah mengapa saya butuh banyak waktu dibandingkan yang lain.

Hal yang terakhir yang suka saya lakukan adalah saya hanya diam, mengamati lalu lalang jalan yang berada di bawah sana. Hanya memperhatikan mobil lewat, sepeda motor lewat, orang berjalan, orang berolahraga. Hanya itu. Dan saya suka saja melihatnya. Sebenarnya tidak ada manfaat yang lebih selain saya memperhatikan orang lain. Saat saya melihat jalan raya, seakan saya telah melihat dunia luar. Hanya itu yang saya lakukan. Sereceh itu tapi saya merasa saya telah berada di dunia lain.

Minggu, 19 April 2020

Engkau berikan satu petunjuk lagi

Semoga rasa sakitmu hari ini, Allah ganti dengan kebahagian yang tak terbendung di suatu hari nanti. 

Hai hati, tolong jangan mudah hancur dan sakit. Hari ini harusnya kamu berterima kasih kepada robbmu. Dia telah menunjukkan satu tanda kuasa-Nya. 

Masih ingat kisah nabi Ibrahim ? yang diminta oleh Allah untuk menyembelih anaknya (Ismail), yang begitu amat diharapkan kehadirannya bertahun-tahun dan dicintainya itu. Betapa begitu sabar dan tabahnya Nabi Ibrahim ketika itu. Mengikhlaskan perhiasan terbaiknya untuk disembelih oleh tangannya sendiri. Akan tetapi kemudian Allah ganti Nabi Ismail dengan seekor kambing. Betapa besar kuasa Allah atas segala yang ada di dunia ini. Itu adalah hikmah dari sebuah keikhlasan dan ketaatan nabi Ibrahim terhadap robb-Nya. Allah menguji hambanya agar mengetahui sejauh mana ketaatannya. 

Kisah tersebut harusnya dapat menjadi pembelajaran untuk kita, bahwa apa yang kita cintai, apa yang kita sebut indah malah akan Allah berikan ujian dari sana. 

Ikhlas dan berprasangka baik pada Allah adalah kunci utamanya. Melalui ujian tersebut Allah ingin agar hambanya semakin dekat denganNya. 

Allah, terima kasih untuk hari ini. Engkau telah menunjukkan hamba satu petunjuk yang benar-benar jelas. Jika hamba mengelak dan tidak berterima kasih kepadamu, artinya hamba benar-benar kufur nikmat. 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segalaNya. 

Allah lagi, Allah terus dan hanya Allah hamba berharap


Sabtu, 18 April 2020

Sang Penulis Skrnario

Ku mohonkan dalam setiap doaku kepada sang pemilik Skenario kehidupan. Memohon untuk menghilangkan perasaan yang melekat, yang bersifat fana dan bisikan hawa nafsu.

Memohon untuk dikuatkan iman, tekad dan tirakat. Mencoba menghilangkan kendali pikiran dan mulai berpasrah dan meyakini ketetapan sang Maha Esa.

Meski terulang kembali, ketulusan dan kejujuran yang terkadang tidak dapat diterima oleh seseorang yang kamu harapkan dan kamu nantikan. Tidak masalah, mungkin ini proses kehidupan.

Jika dalam setiap sujudmu.  Kamu memintakan namanya agar bersanding denganmu, tapi toh kenyataannya Sang Maha penyayang malah menjauhkanmu, itu artinya dia tidak baik untukmu.

Sebesar apapun usahamu untuk berdoa, menunggu dan membersamainya. Jika hatinya tak digerakkan sang Maha pengasih, kamu bisa apa ?

Ini Aprilmu, itu Maretnya. Kamu berharap Maret, membahagiakanmu, dan April menjadi bulan tersejuk di tahun genapmu ?

Boleh saja harapanmu itu, namun kamu perlu ingat realitanya.
Ini aprilmu yang kosong, itu maretnya yang kamu tangisi.

Harapanmu pupus, langkahmu tersandung.


Jika kamu tak percaya pada sang pencipta, kamu boleh berputus asa. Tapi ingat ! Kamu bukan anak kemarin sore yang tersedu-sedu meratapi nasib. Sekarang kamu adalah anak malam, yang harus mampu menerjang gulitanya pekat, dinginnya bisikan angin. Get up honey.

Kamu adalah bunga mawar hitam, jarang orang melihat keindahanmu, dan kamu sulit didapatkan. Hanya orang-orang yang memiliki mental pejuang yang mampu memetikmu di pinggiran jurang.

Ingat sayang, kamu berharga. Kamu bernilai. Hanya orang-orang yang mau memahami dan menerima hitam kelopakmu yang dapat memetik bunga selangka dirimu.


Kamu hanya perlu menemukan orang yang tepat untuk merawat indahnya bunga itu.

Happy weekend, ayo buka matamu !

Senin, 13 April 2020

Harus sadar, harus ikhlas

Allah memudahkanmu dalam banyak hal, tetapi Allah selalu mengujimu dalam urusan ini.

Membuka hati memang tidak mudah, apalagi memaksa hati untuk menyudahi perasaan. Jangan dikira usaha yang dilakukan mudah. Setengah gila rasanya.

Bersyukur sedari kecil diajarkan ilmu agama. Sehingga setiap kali masalah hidup datang, sandaran terkuat selain bersandar pada manusia adalah bersujud dan menengadah kepada Allah sang pencipta.


Duh jangan tanya rasa sakitnya, memberhentikan sumber air yang masih mengalir deras itu tidak mudah, sama seperti hati. Menyudahi perasaan yang sedang berada di palung jiwa itu juga berat.

Berdoa memang menenangkan, tetapi pikiran yang melayang harus dilawan dengan logika.

Perempuan tidak dapat hidup dengan janji, perempuan selalu butuh bukti. Perempuan akan selalu sabar menunggu berapapun lamanya itu. Tetapi dalam proses menunggu yang terlalu lama akan ada kerapuhan yang terkikis sedikit demi sedikit. Mungkin rasa percayanya yang hilang, atau mungkin ada godaan lain yang datang.