Rabu, 27 Desember 2017

My journey at Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara


Sewaktu kecil, ketika saya berada di Sekolah Dasar. Saya dulu senang sekali melihat gambar pemandangan yang ada di selembar uang kertas. Saya sangat menikmati sebuah gambar yang ada di uang kertas kala itu, mulai dari uang kertas yang bernominal Rp 100 ; Rp 500 ; Rp 1000 dan beberapa nominal uang yang masih boleh dijamah oleh anak usia Sekolah dasar dulu. Ada perasaan berbeda ketika melihat gambar uang kertas itu, seakan-akan saya hanyut terbayang akan suasana yang ada dalam uang kertas itu. Misalkan ketika saya melihat uang kertas dengan nominal Rp 500 terbitan tahun 1992, yang bergambar orang utan. Saya selalu membayangkan saya berada di Hutan yang dipenuhi dengan banyak sekali orang utan yang berkeliaran diatas pohon atau duduk seperti yang ada di gambar uang kertas tersebut. Ada lagi satu uang kertas terbitan tahun 2000 an, uang kertas dengan nominal Rp 1000 ini lah yang nantinya akan membuat saya yang dulu hanya mampu melihat pemandangan dan membayangkan suasana dari gambar. Akan terwujud menjadi perasaan dan pengalaman yang luar biasa ketika saya berkunjung ke kepulauan Maluku. Tepatnya saya berada di provinsi Maluku Utara, kabupaten Halmahera Utara, kecamatan Tobelo. Yang mana Tobelo ini adalah ibu kota kabupaten Halmahera Utara.

Perjalanan saya cukup panjang. Saya berasal dari Bojonegoro, salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Timur. Perjalanan saya, dimulai dari Bojonegoro menuju bandara Juanda Surabaya, karena bandara inilah bandara terdekat dari tempat tinggal saya. Dalam waktu normal Bojonegoro-Surabaya dapat ditempuh sekitar 3-4 jam. Agar tidak terlalu lelah dalam perjalanan kami memutuskan untuk bermalam di rumah salah satu saudara kami yang ada di Surabaya, baru keesokan paginya kami berangkat menuju Bandara Juanda. Perjalanan dari Surabaya Timur menuju Bandara Juanda memakan waktu sekitar 1 jam dengan keadaan jalan ramai lancar.

Jadwal keberangkatan pesawat kami yaitu pukul 09.30 WIB namun sayangnya ada delay hingga pukul 10.30 WIB. Selama di pesawat, alhamdulillah perjalanan lancar tidak ada hambatan. Sampai di Bandara Sultan Babullah Ternate sekitar pukul 15.30 WIT. Setelah sampai di bandara, kami dijemput oleh keluarga. Berhenti sejenak untuk sholat di masjid Bandara Sultan Babullah Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke pelabuhan speedboot Ternate dengan menyewa mobil, dengan waktu perjalanan sekitar 15 menit. Sesampai di Pelabuhan SpeedBoot Ternate kami akan menuju pelabuhan speedboot Sofifi dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Saya kira perjalanan setelah naik speedboot akan sampai ke tempat tujuan sebentar lagi, ternyata tidak 😁 kami harus melakukan perjalanan darat kembali dengan mobil travel dengan jarak tempuh sekitar 200 km lagi, dengan waktu tempuh kisaran 4-5 jam dengan jeda berhenti di rumah makan sekitar setengah jam.

Selama dalam perjalanan darat ini, meski saya lelah tapi tak mata saya tak ubahnya terpejam. Saya benar-benar menikmati perjalanan ini, dari sore hari yang terang hingga menjadi petang. Ada perbincangan yang menarik bagi saya, saya berbincang-bincang dengan ibu-ibu yang berada tepat disamping saya. Kami membicarakan banyak hal sepanjang perjalanan, dimulai dari pengalaman beliau yang pernah berkunjung ke tanah Jawa, hingga tentang kisah orang jawa yang berpindah ke Pulau ini. Beliau adalah seorang Ibu yang bekerja di Dinas Perikanan Kota Ternate, beliau merupakan penduduk asli Halmahera Utara, tepatnya tinggal di Kecamatan Kao. Karena teman kerja dan lingkungan beliau banyak yang berasal dari jawa.

Ada satu penjelasan unik dari ibu ini yang berkisah tentang banyaknya bahasa di Maluku utara ini, sangking banyaknya hingga bahasa di Maluku ini sudah banyak yang punah. Beberapa bulan yang lalu saya pun pernah membaca informasi pada salah satu postingan Kementerian Kemendikbud tentang Bahasa daerah yang ada di Indonesia. Memang benar ada banyak sekali bahasa daerah yang sudah punah terutama di wilayah Timur Indonesia ini. Pernyataan beliau ini sesuai dengan apa yang saya baca di postingan sosmed Kemendikbud. Beliau menuturkan, bahasa antara kecamatan satu dapat berbeda dengan kecamatan lain. Misal bahasa penduduk Kao (salah satu kecamatan di Halmahera). Sudah berbeda dengan bahasa orang Tobelo. Pun demikian bahasa Penduduk Tobelo berbeda dengan bahasa orang Galela. Yang mana perbedaan bahasa itu tidak saling dipahami antar penduduk di Kepulauan Maluku. Tutur beliau, dalam percakapan sehari-hari agar antar penduduk yang berbeda daerah dapat tetap saling berkomunikasi, mereka menggunakan bahasa melayu atau bahasa Indonesia. Saya sebut dua bahasa itulah bahasa pemersatu penduduk setempat. Ada lagi satu cerita lucu dari Beliau, ketika saya memuji tentang akses jalan di Halmahera Utara ini begitu bagus, semua jalan telah beraspal bahkan Jawa pun kalah. Beliau menimpali dengan perkataan. Jalan ini baru-baru saja dibangun. Sedang di Kabupaten Lain (red. Halmahera) di Maluku Utara juga sudah rusak. Sesuai lah dengan asal usul nama daerah kami. HALMAHERA. HALMA = MASALAH/PERMASALAHAN, HERA = INDUK/PERINDUKAN. Jadi Kalau digabung menjadi Induk masalah, sambil tertawa. Tambah beliau lagi, jalan daerah sini sudah bagus, esok jalan daerah lain rusak, esok sini lagi rusak, sana bagus. Sudah halmahera ini induk masalah 😂 OMG aku juga ikut terpingkal.

Arti Kata Halmahera tersebut pun seingat saya seperti itu, saya tak berhenti sampai disitu, saya coba mencari arti dari Halmahera sendiri dalam mesin pencarian nomer satu, tapi saya tetap tidak menemukan. Lalu saya simpulkan, berarti arti HALMAHERA itu ditafsirkan sesuai dengan bahasa lokal mereka yang tidak terpublikasi oleh dunia luar. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang tahu arti dari nomenklatur HALMAHERA itu sendiri.

Penat kami terpingkal, akhirnya sang ibu sudah sampai di depan rumah beliau, di kecamatan Kao. Hari sudah gelap, saat saya menengadah ke arah langit, saya terkagum-kagum melihat apa yang terlukis di atas saya itu. Sungguh Indah benar-benar Indah. Lukisan Tuhan yang nyata tentang Bintang yang berkelip di langit, dengan sejuta pesona yang mewakilinya. Tak ternilai keindahannya, tak kan terlihat sejelas dan seterang ini ketika kami berada di Jawa dengan sejuta lampu yang sudah terpasang disana sini. Meskipun di atas gunung yang ada di Jawa sekalipun, keindahan gugusan bintang disini tak tertandingi, padahal saya tak berada di atas gunung, namun gemerlapnya, percikan cahayanya mampu menelisik ke dalam satu sisi dalam jiwa. Ada perasaan Damai, tenang, dan hanyut di dalamnya. Tak ada yang lebih Indah selain gugusan bintang di Pulau ini. Terima kasih Allah, telah mengizinkan saya singgah di salah satu tempat ciptaan-Mu di Dunia ini.


Cerita ini masih sepenggal, Tunggu tulisan saya selanjutnya yaa 😉

0 komentar:

Posting Komentar